Arang dalam kiasan

Arang dalam kiasan, seolah memupuk padi menjadi gedung. Cakrawala sciens merubah total pasang surut bumi pertiwi, merubah lautan ombak samudra, ketengah keramaian metropolitan.
Merubah keadaan yang tenang dan nyaman, menjadi tenang dan tak aman., risau saling bersaing, menentukan siapa yang paling unggul diantara ribuan kepala.
Daun kering berserakan, tak layak guna dan tanpa nilai. Butiran pasir menggantikan ladang, menjadikan gerhana di pagi hari. Menutup ketajaman mata, dengan hitamnya kacamata.
Semakin lama, semakin tak karuan, arah dan tujuan mobilitas sosial di kancah politik masa kini, pergantian birokrat, taklantas memperbaiki system yang tanggung. Malah merubahnya dengam yang baru. Teruskah seperti itu? Entahlah.
Orang yang pandai hanya mampu berteori, sedangkan orang yang pandai berpolitik, membungkam mulut sang teoritis. Lantas, kenikmatan apa yang dicari? Duniawi yang dijadikan surga?. Entahlah..
Hilir mudik gagasan takpernah sepi berkunjung, bahkan kotak kritikan selalu penuh dengan cacian. Namun, tak seorangpun peduli dengan itu. Bahkan menganggapnya suara rakyat belaka.
Visi dan misinya dulu, seolah sirna ditelan tahta, semua berlandaskan rakyat dan untuk rakyat. Namun, ketika potret wartawan meliput tahtanya, dia amnesia oleh visi dan misinya. Bahkan jika boleh dikata, hidupmu mati jika kau tumpahkan darahmu untuk mereka(rakyay).
Janji tak semanis madu, mudah berubah dan patah kakinya. Dibenarkan jika salah, dan disalahkan jika mulai benar. Semua tak sama dimata mereka, menjadikan sekat untuk melindungi hartanya. Bahkan tak segan mengadu domba.
Kisah ini aku tulis, atas permintaan batinku yang layu dipenuhi janji yang tak pasti, seolah janji itu akan terhapus dosanya, ketika taubat sudah diucapkan.
Serat ini bukan untuk siapapun, tapi hanya curahan hati yang telah buta akan kepercayaan kepada manusia. Yang mudah licin dari belut, mudah menyayat di hati kecilku. Meskipun seribu lautan meyakinkan, tapi tak semudah menghapus ketidakpercayaan.

Comments

Popular posts from this blog

Sayyid Ali Murtadho (Raden Santri) Gresik.

Makam Kanjeng Sepuh Sidayu