Bukan kali ini saja, suatu peristiwa meninggalkan jejak yang belum tuntas. Reka ulang kejadian, dijadikan pijakan utama dalam mengupas "kulit anggur" yang belum masak. Seolah peristiwa demi peristiwa, kian hari kian memanas, ibarat tungku api yang tanpa lelah menjadi wadah yang empuk bagi sijago merah.
Liputan berita, kian waktu menjamur tanpa henti, seakan 24jam takkenal lelah mengupas tuntas problematik sosial di masyarakat. Akankah terus penuh layar tv dengan kasus?, atau memerah layar kaca televisi dengan jutaan pilu dalam keriangan?.
Entah sampaikapan detik masalah akan berhenti berkumandang, akarpun tak pernah jelas ditemukan. Aparatur garda depan kian hari tanpa membekas air dikepala, mencari titik temu benang yang tanpa ujung ini.
Pesan lewat mediapun disiarkan, partisipasi aktif masyarakat dilibatkan. Namun, bukan itu solusi inti dari masalah, melainkan kemauan dan tekat kerja tulus bagi bangsa, itu yang utama. Ibarat menanam padi ditengah tambak, meskipun bergelimang air mengalir, sama saja ia takakan tumbuh, justru malah mati.
Tikung menikung mediapun silih berganti, mengupas satu masalah. Namun tersebar ribuan masalah. Entah sampai kapan integritas tumbuh di tengah masyarakat luas, bukan hanya penonton serial drama, pejabat, aparat keamanan, politikus, akademisi, buruh, dan bahkan rakyat yang nganggurpun. Tanpa dikomando, ia akan mengapdi sendiri pada keadilan.
Meskipun hanya mimpi, namun selayaknya bersinergi. Bukan cuman ajang kompetisi perut. Tapi juga solidaritas warga negara. Sebenarnya kita sudah memakai pita perjuangan, baju sudah satu warna, namun ego, mengalahkan semuanya.
Yang pintar merasa dewa, yang bodoh dianggap sampah. Lalu siapa yang lebih bijak dari pohon yang pasti gugur dimusim semi eropa, ia takberakal namun ia tahu kapan ia akan gugur dan akan berbunga.
Sudahlupakah semua akan cinta satu negri. Tanah tumpah ribuan merah tanpa formalin?. Jejak langkah pasti akan membekas, namun taksemua kisah akan didengar oleh pemanggul pundak tonggak sejarah.

Comments

Popular posts from this blog

Sayyid Ali Murtadho (Raden Santri) Gresik.

Makam Kanjeng Sepuh Sidayu