Generasi CoPast (CopyPaste) Oleh : Galuh Hadi Bagus Pratama, Dwi Uswatun Chasanah, Mirzalia Miftakhul Zannah

Di era modern yang dapat juga dikenal dengan era  Raksasa Teknogi saat ini,teknologi dengan produk unggulanya seperti gadget dan internet,seolah-olah membuat diri kita dipenjara oleh teknologi yang kita manfaatkan sendiri. Dengan mudah kita dapat menemukan dan mendapatkan apapun tanpa batas. Diantaranya yaitu informasi,lifestyle,fashion dan apapunbisa kita temukan dan miliki dengan mudah dan cepat. Berikut hasil survey yang dilakukan dari berbagai instansi :
ArenaLTE.com– Lagi-lagi data berbicara. Menurut data Gfk terbaru membuktikan bahwa penetrasi smartphone dan proses digitalisasi terus terjadi dengan sangat pesat di Indonesia. Hingga hari ini tercatat ada lebih dari 88 juta pengguna internet di Tanah Air, dan 9 dari 10 pengguna internet tersebut (93%) ternyata mengakses internet melalui smartphone mereka.
The Crossmedia link studi oleh GfK ini juga menunjukkan bahwa hampir dua dari setiap tiga konsumen (64%) di kota-kota Jakarta, Jabodetabek, Surabaya Bandung dan Semarang turut menyumbang populasi online di Indonesia. Ada lebih dari setengahnya (51 persen) didominasi anak muda dengan rentang usia berkisar antara 13 dan 27 tahun, dan ada lebih banyak laki-laki (56 persen) dibandingkan perempuan (44 persen).
Guntur Sanjoyo juga menambahkan bahwa Indonesia memiliki populasi online sangat aktif dimana rata-rata 5,5 jam sehari dihabiskan untuk mengakses sekitar 46 aplikasi dan domain web melalui smartphone mereka setiap hariBBM ini digunakan 518 kali untuk rata-rata 652menit oleh setiap pengguna. Aplikasi lain yang juga masuk dalam urutan sepuluh besar aplikasi yang paling menjadi favorit pengguna internet mobile di Indonesia adalah Whatsapp Messenger, halaman Youtube Watch, LINE, Facebook, Gmail dan Instagram.

Di sisilain bahwa,kita tidak bisa menyalahkan teknologi,karena dia hanyalah fasilitas. Seiring berjalanya waktu,teknologi khusunya gadget dan internet memberikan ruang gerak bebas bagi kita untuk kemana saja tanpa harus datang ke tempat yang sebenarnya dan itu seolah memberikan wawasan yang baru bahwa,kita bebas melakukan apapun dengan teknologi tanpa harus lama menunggu untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginan kita.
Di kalangan anak-anak sampai remaja, persepsi yang sedang naik daun yakni bahwa dengan teknologi,masalah apapun yang kita hadapi dengan mudah akan dapat diselesaikan. Contoh di sektor Pendidikan, pada saat ujian tidak sedikit para remaja tersebut memanfaatkan internet untuk browsing saat ujian. Tanpa harus belajar untuk menyiapkan diri menghadapi ujian tersebut. Di sini jelas menunjukkan bahwa,nilai kejujuran,keuletan dan ketekunan yang diajarkan guru kepada murid sia-sia. Sehingga tidak sesuai dengan tujuan belajar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Hasil penelitian dari Universitas of Waterloo juga mengungkapkan bahwa keberadaan internet malah membuat manusia meragukan pengetahuan yang dimiliki serta ingatanya sendiri, yang kemudian memberikan dorongan kepada seseorang untuk melakukan pengecekan kembali melalui internet. Alhasil otak menjadi malas “bekerja” untuk mengingat sesuatu. Senada dengan penelitian sebelumnya, Maria Wimber dari Universitas of Birmingham mengatakan bahwa ”otak kita kelihatanya memperkuat memori setiap kali kita mengingat kembali sesuatu, dan pada saat yang sama melupakan memori yang tidak memiliki hubungan dan menggangu kita. Sebaliknya mengulang informasi secara pasif seperti melihat berulang kali melalui internet tidak akan membuat jejak memori yang kuat dan abadi”.
Scan otak Magnetic Resonance Imaging(MRI) dari 18 mahasiswa berusia 19 tahun yang menghabiskan 8 sampai 13 jam sehari bermain game online dan melakukanya secara terus menerus selama enam hari dalam seminggu menunjukan bahwa remaja pecandu internet mengalami kerusakan pada materi abu-abu di permukaan keriput otak (Korteks) yang merupakan tempat pengolahan memori, emosi, kemampuan bahasa, penglihatan, pendengaran dan kontrol motorik.
Selanjutnya di sektor sosial kemasyarakatan, banyak kasus kriminalitas khusunya kejahatan di dunia maya yang mana pelaku dan korbannya tidak lain adalah dari kalangan anak,remaja bahkan sampai yang tua. Pada dasarnya, semua orang adalah penikmat teknologi. Namun, dapat kita ketahui sekarang bahwa fungsi dari teknologi telah bergeser dan bersebrangan jauh. Dulu teknologi di kembangkan untuk mempermudah aktifitas sosial kemasyarakatan, mirisnya saat ini teknologi menjadi ajang tempat untuk kriminalitas dan hal-hal untuk memuaskan diri sendiri.
Tidak jarang dengan bergesernya fungsi teknologi tersebut, akan menyebabkan kita menjadi individu yang egosentris,karena kita terlalu sibuk dengan dunia kita sendiri. Menggunakan teknologi memang mudah, dan lama kelamaan akan memberikan kita rasa kenyamanan untuk menggunakannya, sehingga teknologi yang akan mengontrol kita. Instan, cepat, dan praktis adalah keunggulan yang ditawarkan oleh teknologi dan tidak dapat terbantahkan. Namun, pada dasarnya hal tersebut akan membuat kita terlena dan lupa apa arti dan kegunaan teknologi yang sesungguhnya.
Menurut Julian Rotter di dalam diri individu pada dasarnya memiliki locus of control ( pengendalian diri ), akantetapi kita tidak menyadari akan adanya hal itu. Karena kita terlalu asik dan nyaman dengan apapun yang mempermudah kita termasuk internet. Dalam internet, apapun yang kita cari dengan mudah akan kita dapatkan.  Dan itupun secara sadar ataupun tidak sadar dapat mempengaruhi cara kita berfikir. Kita tidak perlu menjadi seorang analis yang cermat untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah ketika menghadapi isu atau berita yang sedang heboh di dunia maya.
Kita mudah menilai sesuatu tanpa tahu,apa dan bagaimana sebenarnya akar dari keseluruhan masalah yang kita hadapi saat itu. Cara berfikir kita seakan dikerucutkan untuk berfikir dengan cara hanya dari satu sudut pandang saja. Dalam menyikapi suatu permasalahan individu cenderung menilai hal tersebut secara subjektif, dan hanya melihat apa yang tampak bukan apa yang sebenarnya terjadi. Kita memang tidak merasakan secara langsung apa efek negatif dari penilaian subjektif tersebut.
Teknologi layaknya seperti budaya baru bagi kita,yang secara halus dan pelan-pelan akan merubah kebiasaan, identitas,cara pandang kita dan apapun yang ada di dalam diri kita. Lambat laun pada akhirnya kita tidak mengenal jati diri kita seperti apa. Generasi yang baru akan tumbuh di tengah budaya yang baru ini, yaitu generasi yang dapat disebut dengan generasi copy paste terlepas dari sudut pandang positif ataupun negatif  tentang teknologi itu sendiri. Seharusnya, kembalikan tujuan diri sendiri yang sebenarnya,dan manfaatkan teknologi secara bijaksana. Sejatinya bukan kita yang dikendalikan oleh teknologi, akan tetapi kita-lah yang mengendalikan teknologi.
Efek lain yang timbul dari permasalah ini membuatanak-anak,remaja,bahkan orang dewasa pun menjadi orang-orang yang memiliki daya berfikir yang lemah. Menurut sudut pandang pendekatan psikologi kognitif dapat dijelaskan sebagai berikut :
Di dalam pemrosesan informasi,anak cenderung tidak dapat memasukan informasi ke dalam ingatanya pada saat proses pembelajaran. Diakibatkan lemahnya daya coding di dalam ingatannya, yang timbul akibat terlalu mudah mendapatkan informasi dari internet. Sehingga seperti pisau,jika lama tidak di asah,akan menjadi tumpul.
Dari segi atensi(perhatian pada objek) anak cenderung lebih cepat jenuh, di dalam proses belajar. Akibatnya anak mengalami masalah dalam belajar dan anak menjadi tidak percaya diri jika di hadapkan pada saat ujian sekolah.
Dari segi sort term memori ( memori jangka pendek) anak menjadi lebih sering lupa dengan pelajaran yang telah dipelajari di sekolah sebelumnya,penyebabnya karena lemahnya daya ingatan siswa.
Dari segi long term memori (memori jangka panjang) anak di dalam proses belajar selama 9 tahun,bahkan sampai di bangku kuliah. Terasa sia-sia,karena dia merasa tidak dapat mengingat satu mata pelajaran apapun. Sehingga anak menjadi pribadi yang pesimis dan selalu beranggapan bahwa dia sekolah dan tidak sekolah,sama saja.
Selanjutnya di dalam sudut pandang psikologi perkembangan, karena mayoritas pengguna teknologi mulai berkarya dengan teknologinya pada sekitar usia 10 sampai 20 tahun ke atas. Teori yang mampu menjelaskan yang lain yaitu,teori perkembangan Erik Erikson, Identity vs identity confusion( jati diri vs kebingungan jati diri)

Terjadi pada masa remaja,usia 10-20 tahun
anak remaja mengeksplorasi kemandirian dan kepekaan diri
Dihadapkan dengan siapa mereka,bagaimana mereka nantinya( menuju tahap dewasa).
Dari sini kita bisa lihat bahwa,pada masa pencarian jati diri itu mereka dihadapkan dengan Rezim teknologi dan lingkungan yang serba Expert Teknologi. Disini mulai muncul pengenalan dunia teknologi dan sebagainya. Mayoritas remaja mulai ketergantungan teknologi pada saat usia dini. Sehingga tidak jarang mereka menjadi remaja yang gila teknologi.
Hal ini menjadi alarm bahaya,karena di saat mereka berada di dalamtahapan kebingungan jati diri,mereka justru terkontaminasi oleh lingkungan yang expert teknologi. Sehingga mau tidak mau mereka mencoba,dan menjadi untuk bergantung pada teknologi. Maka tidak heran jika mereka yang berada terlalu lama di lingkungan ini,tidak mampu menemukan jati diri mereka yang asli, sehingga dampaknya yakni mereka tidak tahu arah tujuan yang sebenarnya.
Mereka hanya mengikuti trend yang terus tumbuh dan berkembang,dari sini timbulah trend fashion,gaya hidup atau life style yang terus berkembang dan seolah menjadi trending topic. Padahal hal tersebut sebenarnya merupakan respon mereka terhadap kebingungan jati diri, sehingga membuat mereka tidak dapat menemukan identitas diri. Hal yang tak kalah penting, di kalangan remaja adalah Peer Group. Untuk menjadi bagian dari Peer Group yang memnurutnya cocok, remaja cenderung bersifat latah dan ikut-ikutan dengan trend-trend baru yang padahal belum tentu baik. Bagi mereka, jika mereka tidak mengikuti trend, maka mereka dianggap ketinggalan zaman, kudet (kurang update) dan sebagainya. Karena, pada dasarnya, hal ini dimunculkan dikarenakan adanya Need to Belong (kebutuhan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok). Mengikuti trend, meruupakn bentuk usaha yang dilakukan untuk mencapai kepuasan agar disukai atau diterima oleh orang lain
Teknologi seakan-akan mejadi hal yang paling bersalah dalam pergeseran mind set individu. Negara-negara penikmat teknologi salah satunya seperti Indonesia, hanya berperan sebagai follower, namun dapat dapat kita lihat,  masyarakat Indoseia menjadi masyarakat yang konsumtif, latah, dan kecanduan dengan internet. Dapat dilihat dari data diatas, yang man survey menujukkan bahwa ndonesia merupakan negara dengan tingkat pengguna internet yang cukup tinggi se-Asia. Padahal di tempat asal penemu atau pencipta teknologi itu, masyarakatnya  tidak se maniac dari tempat-tempat yang menjadi follower teknologi seperti Indonesia.
Bagi mereka yang terkontaminasi dengan kemajuan teknologi ini, tidak akan mampu memikirkan ekspektasi jangka panjang. Mindset mereka menjadi sempit,dan motivasi untuk menggapai cita-cita yang sebenarnya dapat mereka raih,menjadi hilang dan membuat tidak lagi semangat, hal tersebut dikarenakan cara berfikir mereka yang sudah dibuat malas oleh teknologi sehingga susah untuk melakukan kerja cerdas.
Dari segi sosial,mereka yang menjadi pecandu teknologi, cenderung untuk menarik diri dari lingkungan sosial mereka, dan hanya menikmati dunia mereka sendiri yaitu teknologi. Tidak jarang bagi mereka,berkumpul hanya di jadikan untuk ajang saling eksis,uptodate dan hanya sekedar untuk saling memamerkan apa yang mereka punya saat itu,dan yang paling marak saat ini adalah,mereka berkumpul, tapi sibuk dengan teknologi yang mereka punya. Berbeda dengan zaman sebelum adanya rezim teknologi, para anak muda berkumpul untuk berdiskusi tentang hal-hal yang terkait dengan masalah yang ada di sekitar dan mencari pemecahan masalah. Atau hanya sharing tentang pengalaman.

Efek samping dari penggunaan yang berlebihan,dapat mempengaruhi psikologis seseorang. Meliputi kognitif,afektif dan perilaku.  Berikut beberapa pendekatan dari berbagai teori psikoogi :

Kognitif
(Cara Berfikir)

Afektif
(Emosional)

Behavior
(Perilaku)

Kelly; teori konstruk tentang persepsi.

Piaget ; -asimilasi,akomodasi, skema. Tentang pemrosesan informasi

Vygotsky ; konstruktivisme sosila tentang pemikiran yg di pengaruhi lingkungan.
Cepat marah,

Kecanduan

Merasa sendiri

Interpersonal terganggu

Isolasi diri

Anti sosial

Karena permasalahan diatas, maka harus ada problem solving yang efektif dan tepat. Pemecahan masalah tersebut dapat dilakukan dengan merubah mindset individu terebut. Dengan cara sebagai berikut :

Self efficacy  ;

Lokus control

Self coherence
Yakin terhadap pilihan individu
Pengturan diri
Memaknai hidup

Dari tahap pemecahan maslah tadi diharapkan muncul nilai dasar di dalam diri seseorang itu (bonding) sehingga membentuk suatu jati diri yang sebenarnya.
Jika ditarik kesimpulan, maka pada dasarnya copy paste merupakan hal yang dilakukan semua orang sejak dahulu kala sebelum muncul istilah tersebut. Namun, dikarenakan perkembangan zaman maka peniruan terhadap sesuatu diistilahkan dengan copy paste. Dintara kita semua, pasti melakukn hl tersebut. Itu merupakan hal yang wajar jika berada pada porsi yang tepat. Namun, dapat dikatakan sebagai gangguan, jika dengan adanya perilaku tersebut dapat merubah dan menggangu keberlangsungan kehidupan seseorang sehingga kehidupan individu akan mengalami kemunduran kualitas baik dari segi kognitif, afektif, maupun behavior yang demikian itu akan mengganggu kehidupan orang lain. 

Jangan pernah menyalahkan teknologi sebagai sumber masalah. Ingatlah bahwa teknologi diciptakan untuk membantu kelancaran kehidupan manusia. Bayangkan jika kita hidup tanpa adanya teknologi, kehidupan akan terasa sulit dan membosankan. Banyak nilai positif yang dimunculkan dari teknologi. Namun, jika individu salah dalam pemakaian teknologi saat ia terjerumus, maka indiviu tersebut yang perlu menanyakan pada dirinya bukan malah menyalahkan teknologi sebagai kambing hitmanya.

Jika kita mempelajari, teknologi memiliki manfaat disemua bidang kehidupan manusia. Baik dalam bidang transportasi, komunikasi, pendidikan, bisnis, kesehatan dan lain sebagainya. Amat berdosa bila kita menyalahkan teknologi sebagi factor penggeser kemunduran hidup manusia.

Daftar Pustaka
Mashoedi, Sri Fatmawati. 2012. Hubungan Interpersonal. Jakarta : Salemba Humanika.
http://arenalte.com/berita/industri/data-gfk-terbaru-2016-pengguna-smartphone-indonesia/
http://m.liputan6.com/tekno/read/2381876/2016-pengguna-smartphone-di-indonesia-rakus-konsumsi-data
https://nandonurhadi.files.wordpress.com/2013/02/data-pengguna-internet-indonesia-versi-apjii-1998-2012.
Alwisol. 2004. Psikologi kepribadian. Malang : UMM press
Robert L.Solso,OTTOH MACLIN,M.KIMBERLEY.Psikologi Kognitif Edisi Kedelapan. Penerbit Erlangga. Jakarta

Comments

Popular posts from this blog

Sayyid Ali Murtadho (Raden Santri) Gresik.

Pendekatan Antropologi Terhadap Konsep Religi dalam diri Manusia