Reformasi Sinetron

Pendidikan karakter dimulai dari film dan sinetron. Perubahan remaja tidak kalah hebohnya dengan reformasi 98. Perubahan dramatis yang merubah tatanan kedaulatan berdenagara menjadi simbol tumbuhnya kemerdekaan yang berdaulat dan bermartabat. Remaja ialah masa dimana seorang anak mnecari jati diri saat itu juga, masa dewasa remaja ditentutkan mulai saat ia beranjak menjadi remaja. Remaja seperti balita yang baru berkembang cara berfikirnya dengan cara melihat dan meniru sekitarnya. Biologis & psikologis seorang remaja sangat bertumpu pada tayangan dan rekaman kejadian disekitarnya.
Orangtua lebih sulit mengatur anaknya ketika anak itu menjadi remaja. Satu hal yang sangat mendominasi pembentukan karakter remaja saat ini, khususnya di indonesia yaitu sinetron. Ketika seorang president mencanangkan program pendidikan karakter, maka apa yang harus dilakukan pertama kali? Pola asuh, kedisiplinan atau lingkungan?. Pekerjaan penerjemah inilah yang menjadi permasalahan darurat di indonesia dalam fase pembentukan karakter remaja saat ini. Kapasitas setiap remaja dalam menyerap berita faktual dan aktual cukup cepat tumbuh dan berkembang disaat usia tersebut.
Revolusi besar-besaran membentuk karakter yang kuat dan bermoral adalah dengan jalan revolusi tontonan remaja mulai dari pagi hingga malam hari. Tokoh intelektual, aparat dan lembaga yang berkorelasi terkait hal ini seharusnya lebih peka terkait apa penyebab runtuhnya moral remaja di negara ini. Bukan hanya narkoba, melainkan sinetron yang ia lihat juga mempengaruhi karakter seseorang untuk berfikir dan bertindak dalam kehidupan sehari. Mungkin boleh kita berfikir masa depan, namun untuk melihat masa depan itu. Kepekaan terhadap aspek dan pemicunya saat inilah yang menjadi point kunci.
Sinetron yang menampilkan unsur percintaan dibawah umur, tawuran, geng, dan gaya hidup terlampau bebas seakan dibungkus menjadi gaya hidup yang keren dan modis saat ini. Lalu apanya yang keren dan modis?. Sedangkan tontonan remaja di eropa yang justru menjadi lahirnya life style itu. Mempersembahkan tayangan yang justru berkualitas jauh diatas tontonan sinetron remaja di indonesia. Jika ada yang bertanya bukankah salah remaja sendiri kenapa menonton sinetron seperti itu?. Maka jawabanya ialah lembaga pertelevisian mempersilahkan kok, yang notabenya pada merekalah guru pembentukan karakter kedua setelah guru disekolah dan orangtua.
Bagaimana mau maju negara ini jika sinetron yang tiyap harinya berisikan hal-hal yang justru merusak moralitas remaja itu sendiri. Pemerintah mungkin berfokus pada hal ekonomi, namun untuk masalah pembentukan karakter seorang remaja, siapa yang bertanggung jawab?. Identitas manusia sejatinya adalah peniru, modeling dari apa yang pernah ia lihat. Ketika setiap hari diberi tontonan yang tidak mendidik sama sekali tiyap hari, lantas jadi apa remaja penerus bangsa ini?. Untuk masalah reting peminatan penonton televisi, itu urusan pihak pengelola televisi dan pemerintah seperti apa. Yang jelas, remaja butuh tontonan yang cerdas, bukan cadas dan tidak jelas.
Cerdas dalam memilih tontonan mungkin bijak, tapi apa daya jika penyedia tontonan disetiap stasiun swasta menyediakan suatu tontonan yang memalukan. Pantas remaja di indonesia mengenal istilah pacaran ala kebarat-baratan, lha yang ditonton tiyap hari itu semua isinya. Geng dan tawuran juga dibungkus dengan model-model aktor dan aktris yang indah dilihat mata, sehingga muncul mindset pada kalangan remaja bahwa itu keren dan berwibawa. Apanya yang keren dan berwibawa?. Memang jika orang sadar bahwa semua itu tergantung selera, namun ketika setiap orang pasrah lantaran pilihan tidak ada. Apa itu masih disebut selera?.
Mungkin dulu mahasiswa lupa mencanangkan reformasi sinetron karena pada masa itu permasalahan sangat kacau, lalu apakah saat ini yang relatif terkondisikan justru tidak ada yang sadar bahwa reformasi sinetron perlu dijadikan indikator perkembangan pembangunan karakter remaja yang sehat. Narkoba memang sangat bahaya bagi remaja, namun lebih bahaya lagi sinetron yang tiyap hari kita “makan” sehingga mempengaruhi cara berfikir dalam pergaulan sehari-hari. Ketika setiap orang paham bahwa budak dari liberal adalah gaya hidupnya dan ekonomi kapitalisnya untuk kemajuan individu dimasa mendatang. Maka berfikirlah dua kali terkait apa yang tiyap hari remaja itu tonton dari sinetron.

Comments

Popular posts from this blog

Sayyid Ali Murtadho (Raden Santri) Gresik.

Pendekatan Antropologi Terhadap Konsep Religi dalam diri Manusia