Shock Culture Digital terhadap Transformasi Kesehatan Masyarakat "Remaja" di Indonesia Abad-21
Arus pergeseran jaman kian hari kian terasa sangat cepat dan dinamis. mulai awal manusia tumbuh dan berkembang di jaman batu, jaman es, pemburu pengumpul, jaman awal teknologi dan industri yang akrab disapa dengan jaman logam. pergeseran waktu ini memberikan dampak manusia untuk berlomba-lomba menciptakan alat sebagai media untuk digunakan bertahan hidup dan melewati tantangan alam dengan baik. dijaman teknologi saat ini, terdengar luas istilah-istilah mobile, networking, akses, ID dst. teknologi berperan penting untuk saat ini (abad 21) sebagai tumpuan berkembangnya perkembangan komunitas lokal dan internasional. teknologi saat ini, jauh lebih baik dari teknologi industri di abad 18. jika di abad tersebut tenaga manusia cukup murni menjadi tenaga penggerak dan teknologi sebagai pembantu, namun sekarang justru berbanding terbalik.
Penciptaan teknologi awalnya memang menjadi keharusan bagi pemilik modal untuk dapat menghemat biaya tenaga produksi dan meningkatkan jumlah produksi perusahaan, sehingga banyak dari pemilik modal membutuhkan ilmuwan-ilmuwan yang mampu menciptakan inovasi baru yang efisien dan efektif demi kelancaran produksi. jadi bisa dikatakan bahwa dari dulu trend yang tercipta dari usaha pemilik modal untuk meningkatkan jumlah produksi dan menghemat biaya produksi, berlomba-lomba mendanai Universitas, Laboratorium, Hak Paten Intelektual yang legal menjadi fokus utama demi menunjang Cost and Benefit yang mereka “Kejar”.
Jaringan teknologi mulai marak meluas di berbagai belahan dunia, seiiring dengan gencarnya negara-negara eropa menduduki wilayah-wilayah jajahanya dan memperkuat imperium kekuasaan demi mendapat pajak penghasilan dari sumber daya alam dan mineral terhadap negara jajahan. metamorfisis teknologi yang awalnya berupa mesin-mesin tunggal, berubah menjadi industri dan pergudangan yang lebih komperhensif, dimana dalam 2-5 pabrik dan pergudangan, dapat memproduksi, menyimpan dan mendistribusikan hasil olahan mentah menjadi lebih berskala besar, tentunya dibarengi dengan teknologi transportasi dan pembangunan infrastruktur jalan serta akses komunikasi dan perbankan yang lebih cepat dan ringkas dalam jaringan komputer (Mobile).
Jika kita melihat di abad ke-18 & 19. kebutuhan teknologihanya untuk kepentingan produksi saja itupun masih manual dan jarang menggunakan tenaga otomatis. sedangkandi abad 21 ini dengan perkembangan internet, provider, artificial intelegent, Virtual reality, IoS dst. teknologi merambah masuk pada kehidupan pribadi individu. semisal pilihan karir, perjodohan, fashion, politik dan bermain game. perbandingan ini menggambarkan bahwa tren teknologi selalu terjadi di setiap jaman. bedanya, terletak pada wujud teknologi itu sendiri serta kegunaan dan arah pengoptimalan teknologi yang sudah ada menjadi lebih praktis di segala bidang sehingga menunjang pengguna teknologi untuk lebih menghemat waktu, biaya dan tenaga untuk kepentingan yang lain, misal politik, pendidikan dan rumah tangga dalam satu atau 2 perangkat (device) saja seperti laptop atau handphone (Yuval Noah Harari: HomoDeus)..
Kenyamanan Berselancar di Dunia Maya (Internet) serta dampak bagi Kesehatan Masyarakat “Khususnya Remaja”.
Internet merupakan suatu jaringan paralel digital yang menghubungkan antar server melalui domain. domain bekerja sebagai ID penghubung antar server yang berperan mengirimkan sinyal informasi sesuai kode yang tertera untuk menjadi jembatan penghubung antar jaringan informasi. internet awal berkembang di markas militer US sekitar abad 19. percobaan yang menghubungkan sekitar 500km dari markas ke pusat informasi di laboratorium, menjadi cikal bakal munculnya internet sebagai jembatan penghubung antar komputer.
Dilansir dari kominfo.go.id. pada tahun 2017 pengguna internet Indonesia nomor enam di dunia,“ponsel dan koneksi broadband mobile yang terjangkau mendorong pertumbuhan akses internet di negar-negara yang tidak bisa mengandalkan fixed line, entah karena masalah infratruktur atau biaya. negara berkembang seperti indonesia dan india masih memiliki ruang pertumbuhan jumlah pengguna inernet yang besarnya bisa mencapai dua digit setiap tahun” ujar Monica Peart, senior e-Marketer.
Informasi terbaru terkait pengguna internet di Indonesia dilansir dari tekno.kompas.com. pada tahun 2019mencatat bahwa laju pengguna internet di tanah air mengalami peningkatan di tahun 2018 lalu. dari total populasi penduduk Indonesia sebanyak 264 juta jiwa, terdapat 171,17 juta jiwa atau sekitar 64,8 persen yang sudah terhubung dengan internet. angka ini meningkat dari tahun 2017 sebanyak 54,86 persen. penetrasi internet terbesar di Indonesia berasal dari pulau Jawa sebesar 55 persen dari total keseluruhan. sementara pulau Sumatra bertempat di urutan kedua sebesar 21 persen. usia penggunanya pada kisaran 15 sampai 19 tahun. serta 38,4 persen penduduk yang bukan pengguna internet. jika ditarik kesimpulan maka pengguna aktif internet di indonesia di dominasi usia remaja dan lebih dari 51 persen penduduk indonesia sudah mengenal internet dan hanya 38,4 persen tidak terhubung dengan internet.
Pesatnya arus internet yang merambah pada kehidupan sehari-hari dan masuk pada tahap perkembangan remaja. dirasa perlu bagi orangtua untuk mau dan memberikan waktu bagi anak sebagai tempat bercerita dan berbagi pertanyaan. berdasarkan informasi yang dilansir dari tekno.kompas.com. konten berbau pornografi ternyata masih menjadi salah satu yang paling banyak dicari di internet. berdasarkan lembaga survey SimilarWeb yang bekerjasama dengan The Next Web mencatat bahwa 4,41 persen konten pornografi bertanggung jawab atas akses internet di seluruh dunia dimana bertempat pada posisi ke 7 konten yang paling banyak dikunjungi di internet. sedangkan untuk Indonesia masuk kedalam negara pengakses situs dewasa kedua dengan durasi sekitar 3 menit 36 detik.
Konten-konten pornografi yang senyatanya terus berlalu lalang di internet, tentu sangat menghawatirkan bagi kalangan orangtua. dimana yang kita tahu bahwa pengguna aktif internet di Indonesia didominasi pada usia remaja. hal ini tentunya harus mendapat perhatian khusus dari berbagai element untuk mencegah maraknya anak-anak terjangkit virus pornografi di usia remaja. informasi mengejutkan dilansir dari rmol.id menunjukan bahwa Indonesia negara nomer 1 pengunduh video kekerasan seksual terhadap anak. terdapat sekitar 70 ribu kasus di sosial media yang di upload dari Indonesia. angka tersebut tentunya sudah masuk dalam tahap mengkhawatirkan dan perlu mendapatkan penanganan yang serius. “kasus semacam itu tengah tren di dunia maya, FBI sendiri melansir sekitar 750ribu pelaku kekerasan seksual terhadap anak di dunia maya dan modusnya yang paling sering yaitu pelaku aktif mencari foto, video atau bahkan anak yang live bisa mereka jadikan korban kekerasan seksual. Child abuse material sangat bahya untuk anak di dunia saat ini” ujar Nathalia Kira Catherine Perry, Ketua Yayasan Safe Childhood International.
Indonesia Darurat Pornografi!!
Dilansir dari LENTERA.CO.ID berdasarkan hasil riset Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KPPA) terhadap 1.600 anak Sekolah Dasar kelas 3 hingga 6 pada 2017, hanya 3 persen yang mengaku belum pernah terpapar pornografi. dalam diskusi kejahatan seksual anak melalui media online yang diselenggarakan di Jakarta, pada bulan Mei 2018. Asisten Deputi Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat dan Pornografi Anak Valentina Gintings menuturkan bahwa pornografi merupakan kejahatan serius yang menentukan arah kemajuan bangsa dari pertumbuhan generasinya.
Informasi tambahan yang dihimpun dari Anadolu Agency, hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016, sebanyak 63.066 anak-anak dari 87 juta anak Indonesia terpapar pornografi. Berdasarkan data Unit Cybercrime Polri, terdapat 435.944 IP Adress pengunggah dan pengunduh pornografi anak. Sementara itu beberapa kasus pornografi anak yang yang terjadi di Indonesia dan disebar melalui jejaring internet yaitu video perempuan dewasa dengan anak di Bandung dan kasus Loli Candy’s yang tersebar lewat Facebook serta WhatsApp.
Meningkatnya Kekerasan pada Perempuan dan Kehamilan diluar Pernikahan di Tahun 2018!
Dilansir dari detik.com Tahun 2018 kekerasan pada perempuan mengalami kenaikan sebanyak 14 persen dari tahun sebelumnya, yaitu 406.178 (kasus). Pola kekerasan yang terjadi masih sama, lagi-lagi yang paling tinggi di ranah personal atau ranah privat, ranah yang paling dianggap tabu untuk diungkapkan di ruang publik atau di ruang-ruang politik sebanyak 71 persen, yaitu 9.637 kasus, di antaranya adalah KDRT atau relasi personal atau relasi pribadi, Tahun 2018 angka perkosaan dalam perkawinan atau marital rape cukup tinggi, mencapai 195 kasus dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 172 kasus. Keberanian melaporkan kasus perkosaan dalam perkawinan menunjukkan kesadaran korban bahwa pemaksaan hubungan seksual dalam perkawinan adalah perkosaan yang bisa ditindaklanjuti ke proses hukum , Temuan Komnas Perempuan berikutnya adalah kasus incest atau kekerasan seksual terhadap anak perempuan yang dilakukan ayah kandung, ayah tiri, paman, atau saudara yang masih memiliki hubungan darah dengan korban. Komnas Perempuan juga mencatat kasus kekerasan dalam pacaran (KDP).
Sumber dari pontianakpost.co.id Menurut data Survei Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, angka kehamilan tidak diinginkan di Kalbar mencapai 24,9 persen.Artinya, dari setiap 1000 kelahiran, sebanyak 24,9 persen di antaranya merupakan kelahiran yang tidak diinginkan, dengan rentang usia 15 hingga 19 tahun. menurut Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Secara nasional, angka kehamilan tidak diinginkan hanya 10,2 persen. Pada tahun 2017, Kalbar menempati peringkat pertama kehamilan tidak diinginkan. berdasarkan temuan informasi ini, penyebab utama pernikahan dini terjadi karena faktor ekonomi. Selain itu, minimnya aktifitas remaja membuat nikah muda kerap terjadi. Belum lagi penggunaan kemajuan teknologi ke hal negatif memicu terjadinya pernikahan usia muda.
Pernikahan Dini di Indonesia terus meningkat!
Berdasarkan hasil survey Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka persentase pernikahan dini di Tanah Air meningkat menjadi 15,66% pada 2018, dibanding tahun sebelumnya 14,18%. Kenaikan persentase pernikahan dini tersebut merupakan catatan tersendiri bagi pemerintah yang sedang terus berusaha memperbaiki Indeks Pembangunan Manusia (IPM), mereka yang digolongkan pernikahan dini adalah perempuan yang menikah pertama di usia 16 tahun atau kurang. Dari catatan BPS, provinsi dengan jumlah persentase pernikahan muda tertinggi adalah Kalimantan Selatan sebanyak 22,77%, Jawa Barat (20,93%), dan Jawa Timur (20,73%). Sementara itu, sejalan dengan penemuan informasi tersebut, Pengamat Sosial Hempri Suyatna, Universitas Gadjah Mada (UGM) menuturkan bahwa penyebab terjadinya pernikahan di Indonesia yang terus meningkat dikarenakan perkembangan teknologi dan pergaulan bebas.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bersuara.
Dilansir dari nasional.kompas.com KPAI sebut 525 kasus Pornografi dan Kejahatan Siber libatkan anak-anak per September 2018. terbongkarnya kasus peretasan situs Pengadilan Negeri Unaaha pada bulan Juli 2018 memancing tanggapan dari ketua KPAI Susanto di Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri, Jakarta. beliau mengatakan bahwa tren kasus anak korban pornografi dan siber semakin hari semakin naik. ini menunjukan representasi dari semakin tingginya anak-anak terlibat dalam masalah pornografi dan siber. beliau juga menghimbau lembaga pendidikan, orangtua dan masyarakat agar anak tidak terpapar masalah pornografi dan kejahatan siber dengan cara mengontrol dan mengawasi betul penggunaan gadget pada anak.
Apa saja sih Faktor pemicu Pornografi dan Kehamilan diluar Nikah bisa Terjadi di usia Remaja?
Fenomena yang muncul tersebut dapat dilihat dengan sudut pandang psikologi sosial dengan pendekatan belajar sosial Albert Bandura menggunakan Teori Reciprocal Determinan( konsep saling menentukan) maka yang bisa dilihat dari siklus permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus menerus antara kognitif, behavior dan lingkungan.teori tersebut memaparkan bahwa individu menentukan atau mempengaruhi tingkah lakunya dengan mengontrol kekuatan lingkungan, tetapi individu tersebut juga dikontrol oleh lingkungan. anak atau remaja dibiasakan menggunakan gadget atau mengakses gadget oleh orangtuanya karena orangtuanya sendiri “membenarkan” perilaku tersebut dengan memberikan contoh yang sama pada anak atau remaja, serta lingkungan tempat tinggal atau lingkungan bermain melakukan hal sama sehingga secara tidak langsung “mendukung” proses digitalisasi anak tanpa batasan tersebut. sehingga dampaknya anak akan tumbuh sejalan dengan perkembangan digital (proses digitalisasi pada anak) yang seolah-olah tanpa batas dan orangtua hanya tinggal bilang “anaknya lebih pintar otak-atik HP ketimbang orangtuanya”.
Hasil Study Literatur mendiskripsikan bahwa di era modern yang dapat juga dikenal dengan era Raksasa Teknogi saat ini,teknologi dengan produk unggulanya seperti gadget dan internet,seolah-olah membuat diri kita dipenjara oleh teknologi yang kita manfaatkan sendiri. Dengan mudah kita dapat menemukan dan mendapatkan apapun tanpa batas. Diantaranya yaitu informasi,lifestyle,fashion dan apapunbisa kita temukan dan miliki dengan mudah dan cepat Di kalangan anak-anak sampai remaja, persepsi yang sedang naik daun yakni bahwa dengan teknologi,masalah apapun yang kita hadapi dengan mudah akan dapat diselesaikan.
Berdasarkan penelitian dari Universitas of Waterloo juga mengungkapkan bahwa keberadaan internet malah membuat manusia meragukan pengetahuan yang dimiliki serta ingatanya sendiri, yang kemudian memberikan dorongan kepada seseorang untuk melakukan pengecekan kembali melalui internet. Alhasil otak menjadi malas “bekerja” untuk mengingat sesuatu. Senada dengan penelitian sebelumnya, Maria Wimber dari Universitas of Birmingham mengatakan bahwa ”otak kita kelihatanya memperkuat memori setiap kali kita mengingat kembali sesuatu, dan pada saat yang sama melupakan memori yang tidak memiliki hubungan dan menggangu kita. Sebaliknya mengulang informasi secara pasif seperti melihat berulang kali melalui internet tidak akan membuat jejak memori yang kuat dan abadi”.
Scan otak Magnetic Resonance Imaging(MRI) dari 18 mahasiswa berusia 19 tahun yang menghabiskan 8 sampai 13 jam sehari bermain game online dan melakukanya secara terus menerus selama enam hari dalam seminggu menunjukan bahwa remaja pecandu internet mengalami kerusakan pada materi abu-abu di permukaan keriput otak (Korteks) yang merupakan tempat pengolahan memori, emosi, kemampuan bahasa, penglihatan, pendengaran dan kontrol motorik.
Fenomena ini menjadi alarm bahaya,karena di saat mereka berada di dalam tahapan kebingungan jati diri,mereka justru terkontaminasi oleh lingkungan yang expert teknologi. Sehingga mau tidak mau mereka mencoba,dan menjadi untuk bergantung pada teknologi. Maka tidak heran jika mereka yang berada terlalu lama di lingkungan ini,tidak mampu menemukan jati diri mereka yang asli, sehingga dampaknya yakni mereka tidak tahu arah tujuan yang sebenarnya.
Mereka hanya mengikuti trend yang terus tumbuh dan berkembang,dari sini timbulah trend fashion,gaya hidup atau life style yang terus berkembang dan seolah menjadi trending topic. Padahal menurut Julian Rotter di dalam diri individu pada dasarnya memiliki locus of control ( pengendalian diri ), akantetapi kita tidak menyadari akan adanya hal itu. Karena kita terlalu asik dan nyaman dengan apapun yang mempermudah kita termasuk internet. Dalam internet, apapun yang kita cari dengan mudah akan kita dapatkan. Dan itupun secara sadar ataupun tidak sadar dapat mempengaruhi cara kita berfikir. Kita tidak perlu menjadi seorang analis yang cermat untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah ketika menghadapi isu atau berita yang sedang heboh di dunia maya.
Perilaku copy-paste (reaktif saat memperoleh informasi, impulsif men-share informasi dan enggan melakukan crosscheck informasi) sebenarnya merupakan respon mereka terhadap kebingungan jati diri, sehingga membuat mereka tidak dapat menemukan identitas diri. Hal yang tak kalah penting, di kalangan remaja adalah Peer Group. Untuk menjadi bagian dari Peer Group yang menurutnya cocok, remaja cenderung bersifat latah dan ikut-ikutan dengan trend-trend baru yang padahal belum tentu baik. Bagi mereka, jika mereka tidak mengikuti trend, maka mereka dianggap ketinggalan zaman, kudet (kurang update) dan sebagainya. Karena, pada dasarnya, hal ini dimunculkan dikarenakan adanya Need to Belong (kebutuhan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok). Mengikuti trend, meruupakn bentuk usaha yang dilakukan untuk mencapai kepuasan agar disukai atau diterima oleh orang lain (Galuh, Dwi, Mirzalia (2016) Call For Paper “Mengapa Remaja Kita Menjadi Generasi Copy-Paste?”).
Hasil penelitian menyebutkan bahwa anak perempuan lebih terbuka untuk berkomunikasi kepada orangtua daripada anak laki-laki. perilaku pornografi remaja laki-laki lebih tinggi dari pada remaja perempuan. secara umum memberikan kesimpulan bahwa semakin terbuka komunikasi ibu dengan remaja maka akan semakin mengurangi perilaku remaja terhadap pornografi dan begitupun sebaliknya. peran orangtua sangat sentral didalam pembentukan dan pengarahanan anak untuk memilih mana yang baik dan buruk bagi tumbuh kembangnya (Laili, Puspitawati, Yuliati(2018) “Is Parental Communication or Internet use that makes Pornography in Teenagers?”).
Berdasarkan Penelitian selanjutnya menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kehamilan tidak diinginkan pada remaja diantaranya yaitu aktivitas seksual berada dalam tahap yang berisiko, kurangnya pengetahuantentang kesehatan reproduksi dan sikap permisif terhadap seks pranikah, akses media informasi mengenai pornografi, sikap orang tua yang kurang peduli dengan anaknya, perilaku teman dekat (HappyAmalia,Azinar(2017) "Kehamilan tidak diinginkan pada remaja").
Kemajuan teknologi yang pesat di negara maju yang awalnya bertujuan untuk mendorong laju perindustrian dan berkembang luas di negara-negara berkembang seperti Indonesia. sejatinya telah beralih fungsi menjadi media-media “bermain” bagi kalangan remaja yang secara psikologis belum siap menghadapi perubahan jaman yang dipengaruhi oleh teknologi. hal ini tentunya menjadi pertanda bahwa pencegahan, penaganan dan penanggulangan Kesehatan Masyarakat dewasa ini sudah semestinya diperhatikan demi menciptakan generasi-generasi yang berkualitas demi mendorong terwujudnya SmartPeople yang bukan wacana saja.
Comments
Post a Comment